DASAR-DASAR
PERANCANGAN BANGUNAN TAHAN GEMPA UNTUK
ARSITEK DESAINER
TUJUAN
PERANCANGAN
Tujuan perancangan
bangunan tahan gempa adalah merancang bangunan yang mempunyai daya tahan
terhadap gempa bumi yang terjadi , yaitu dimana jika bangunan terkena gempa
tidak akan mengalami kehancuran struktural yang dapat merobohkan bangunan
tersebut.
Untuk menahan gaya
gempa yang bekerja pada sistem bangunan maka diperlukan struktur bangunan yang
direncanakan berdasarkan peraturan-peraturan untuk perencanaan tahan gempa.
Peraturan ini menganut falsafah atau prinsip dasar sebagai berikut :
“ Struktur bangunan
tidak boleh mengalami kerusakan jika terjadi gempa bumi dengan kekuatan ringan,
Jika terjadi gempa bumi berkekuatan sedang atau menengah kerusakan struktur boleh terjadi terbatas pada kerusakan ringan dan dapat
diperbaiki. Sedangkan jika terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar bangunan
tidak boleh roboh, meskipun sudah mengalami kerusakan yang parah; sehingga
korban jiwa manusia dikurangi meskipun terjadi kerusakan dan kerugian
material”.
Dengan demikian
bangunan memiliki falsafah perencanaan dengan mempunyai ambang kekuatan minimum
yang wajar dan ekonomis. Jika bangunan dipersiapkan dengan kekuatan maksimum
untuk menahan gaya gempa besar maka struktur yang dirancang akan mahal dan
tidak ekonomis. Selain dari pada itu dimensi struktur akan lebih besar dan sangat
berpengaruh terhadap ekspresi estetik bangunan. Filosofis perencanaan ini
berlaku untuk bangunan dengan pengembangan arah vertikal ataupun untuk sisten
bangunan rendah.
GAYA GEMPA
Gempa bumi adalah
sebagian dari proses alam yang membentuk permukaan bumi dan terbentuknya gunung , bukit dan
lembah-lembah. Gempa bumi yang sering terjadi
adalah gempa tektonik yaitu terlepasnya energi pada kerak bumi yang
dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menimbulkan arah gaya yang tidak
beraturan/acak kesegala arah. Hal ini disebabkan terlepasnya tegangan akibat
gesekan-gesekan tanah pada lipatan-lipatan
pada kulit bumi tersebut terlepas. Gempa bumi sangat sering terjadi
dimuka bumi akan tetapi sangat sedikit yang dapat dirasakan manusia karena
gempa tersebut terlalu lemah.
Pada prinsipnya gaya
gempa bekerja sebanding dengan berat massa bangunan dan dapat dirumuskan dengan
hukum Newton ; F = m.a (m = massa bangunan, a = percepatan yang
dihasilkan). Sehingga semakin berat massa bangunan semakin besar gaya gempa yang
bekerja pada bangunan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada konsep dasar
perencanaan bangunan untuk dapat bertahan terhadap gaya gempa yang timbul.
Gaya gempa yang bekerja
pada elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Gaya Vertikal ; berpengaruh terhadap elemen bangunan pendukung gaya normal,
seperti kolom-kolom, jenis balok kantilever
dan dinding-dinding pendukung. Terutama pada bagian kantilever, gaya
gempa vertikal ini sangat berpengaruh karena akan mengakibatkan ayunan pada pada
kantilever tersebut. Akibat ayunan tersebut momen pada bagian ujung yang
terikat menjadi sangat besar dan selanjutnya akan mengakibatkan pembalikan arah
tegangan pada kantilever tersebut.
Gaya Horizontal ; bekerja pada bangunan akibat respons bangunan dan sistem pondasinya dan bukan disebabkan oleh
percepatan gerakan tanah. Muatan gempa horizontal dianggap bekerja dalam arah
sumbu-sumbu utama bangunan yang pada bangunan bertingkat tinggi gaya yang lebih
menonjol adalah gaya-gaya dorong yang berasal dari tiap lantai. Gaya horizontal
ini bekerja sebagai muatan lateral terpusat pada elemen-elemen pendukung
vertikal seperti kolom-kolom dan dinding geser pada “core” atau pengkaku
lateral lainnya (ikatan silang).
Penyaluran gaya gempa
denganarah horizontal akan menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena
terjadinya tegangan-tegangan pada
seluruh bangunan terutama pada elemen-elemen pendukungnya.
Ada 4 jenis deformasi
yang terjadi pada struktur bangunan akibat gaya horizontal :
0 komentar:
Posting Komentar