Jumat, 03 Juli 2015

Quality cost (Mengukur Biaya mutu) Akutansi management

Quality cost (Mengukur Biaya mutu)

  • Metode pengganda; Biaya total produk gagal adalah beberapa kali lipat dari biaya produk gagal yang diukur. 
  • Metode penilaian pasar : survai para tenaga penjual terhadap konsumen tentang pengaruh mutu yang jelek.
  • Metode rugi mutu Taguchi : setiap variasi nilai target dari karakteristik mutu akan menimbulkan biaya mutu yang tersembunyi.
Rumus Taguchi : L (Y) = k(y-T)2 
Di mana : 

k = (konstanta), konstanta proporsionalitas yang besarnya tergantung pada struktur biaya produk gagal eksternal.
y=(yield), nilai aktual dari karakteristik mutu
T=(target), nilai target dari karakteristik mutu
L=(loss), rugi mutu

Contoh perhitungan :
k=Rp.400 T= 10 inci diameter, unit dihasilkan 2.000, deviasi kuadrat rata-rata 0,025. Maka biaya per unit yang diharapkan adalah Rp.10(0.025)xRp.400= Rp. 20.000 adalah total kerugian untuk 2.000 unit.


  • Product Life Cycle
Dengan pesatnya perkembangan pemanfaatan komputer berkembangnya dalam tahap desain, engineering, dan produksi maka jarak waktu yang diperlukan dari ide rancangan sampai dengan produksi menjadi sangat pendek. 
Kondisi ini memungkinkan perusahaan-perusahaan kelas dunia memilih startegi inovasi sebagai senjata untuk memenangkan perebutan pasar dunia. Staregi ini menjadikan daur hidup produk menjadi pendek. 
Oleh karena itu, manajemen yang bersaing dikelas dunia tidak cukup hanya memperoleh informasi biaya periodik yang dihasilkan oleh sistem akuntansi tradisional, namun jauh lebih penting dari itu, manajemen memerlukan informasi product life cycle costs yang memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis pada saat mempertimbangkan peluncuran produk baru, penghentian produksi produk yang ada, dan product profitability analysis . 
Semakin pendeknya daur hidup produk semakin memerlukan perancangan yang matang keseluruhan pendapatan dan biaya yang diproyeksikan selama daur hidup produk, agar investasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk desain dan pengembangan produk dan untuk mesin dan ekuipmen yang bersangkutan dengan produk dapat tertutup dari kas masuk bersih selama daur hidup yang diperkirakan.
  • Product Life Cycle Cost
Daur hidup produk ( product Life cycle ) adalah : waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan customer sejak lahir sampai diputuskan dihentikan pemasarannya. 
Biaya daur hidup produk ( product Life cycle cost ) adalah: biaya yang bersangkutan dengan produk selama daur hidupnya, yang meliputi : biaya pengembangan ( perencanaan,desain,pengujian), biaya produksi (aktivitas pengubahan bahan baku menjadi produk jadi ) dan biaya dukungan logistik ( iklan, distribusi, jaminan dan sebagainya )
Product life cycle costing adalah sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya produk bagi manajemen untuk memantau biaya produk selama daur hidupnya. 
Daur hidup produk paling diperlukan oleh perusahaan manufaktur yang produknya mempunyai daur hidup yang pendek. 
Produk harus dapat menutup semua biaya daur hidupnya dan menghasilkan laba tertentu selama daur hidupnya. Jika produk mempunyai daur hidup yang panjang, perusahaan dapat menaikkan labanya dengan mengubah harga jual produk dan dengan mengubah komposisi produk yang dijual. Perusahaan yang mempunyai daur hidup yang pendek tidak memiliki kesempatan untuk mengubah harga jual atau mengubah komposisi produk yang dijual. 
Oleh karena itu, pendekatan yang dipakai oleh perusahaan yang yang daur hidupnya pendek harus bersifat proaktif, yaitu dengan merencanakan sebaik-baiknya pendapatan dan biaya yang diperkirakan akan diperoleh selama daur hidup produk. 
Umpan balik pelaksanaan rencana pendapatan dan biaya selama daur hidup produk ini sangat membantu manajemen dalam mengelola seluruh aktivitas sejak tahap pegembangan, produksi, maupun tahap distribusi produk ke tangan customer. 

Mengenal Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time System) 
  • Sistem Produksi Barat
Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:
  • melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi, 
  • melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan bahan, penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.
  • terdapatnya departemen pengendalian kualitas, 
  • terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan persediaan, dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi. 
Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memiliki resources yang cukup banyak.

Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-industri barat sebagai consumer terbesar. 
Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. 
Akibatnya industri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.

Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan keunggulan-keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai merekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. 
Pada tahun 1990-an Jepang nampak berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.

  • Sistem Produksi Jepang
Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In Time). 
Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk kemubadziran antara lain adalah:

Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle time), mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck, terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb. 
Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps, chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan material atau material dalam proses, banyaknya material yang hilang, material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.
Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor, banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif, sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan pengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas. 

Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagai berikut :

  •  Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan 
  • Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan 
  • Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

About the Author

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar


iklan

 

Copyright © ILMU TEKNIK. All rights reserved. Published By Kaizen Template CB Blogger & Templateism.com